FC Basel Did It Again!

A season after their mesmerizing victory against Manchester United in the Champions League 2011-2012, FC Basel wrote a new history for Swiss football. This time, they made it into the semi-final of Europa League after winning a thrilling penalty shoot-out against another English side, Tottenham Hotspur.

The Swiss champion showed a good fight against relentless North London side. The second 2-2 score took the game to penalty shoot-out where only one Tottenham player converted the penalty.

Untitled2

Match highlight:

Untitled

 

My writing on http://www.bolatotal.com about the same matter (in Indonesian:)

FC Basel melakukannya lagi! Setelah tahun lalu membuat kejutan dengan menyingkirkan Manchester United dari Liga Champions, kali ini mereka menembus semi-final Liga Europa setelah menendang Tottenham Hotspur. Bagaimanapun hasil melawan Chelsea di empat besar nanti, klub Swiss yang merupakan ‘nenek moyang’ FC Barcelona ini sudah membuat sejarah baru.

Saya sendiri, karena tinggal di Swiss selama dua tahun terakhir, sudah mengalami kedua euforia FC Basel yang disebutkan di atas. Sebagai penggila bola yang (kadang terpaksa) mengikuti Liga Swiss, saya sudah sering melihat betapa kedigdayaan Die Rotblau di liga domestik sangatlah susah ditaklukkan oleh klub-klub saingannya yang lain. Dalam sepuluh tahun terakhir, FCB menjadi juara sebanyak enam kali, termasuk hat-trick dari tahun 2010 sampai 2012 lalu.

Memang, terkadang untuk memanaskan suasana, media Swiss menyebutkan beberapa tim yang menjadi rival FC Basel, di antaranya dua klub Zurich, Grasshopper dan FC Zurich. Namun, bagaimanapun juga, kekuatan finansial, tradisi klub dan pembinaan pemain muda FCB adalah yang terbaik di negaranya Roger Federer tersebut. Terbukti, meskipun dalam dua tahun terakhir mengalami dua kali pergantian pelatih, Marco Streller dan kawan-kawan tetap stabil. Di awal Liga Super Swiss musim ini, meskipun sempat tertinggal jauh dari Grasshopper, anak-anak asuhan Murat Yakin berhasil mengejar. Sekarang, dengan liga menyisakan sekitar sepuluh pertandingan lagi, mereka sudah kembali ke puncak klasemen.

Maka, tidak heran memang jika FC Basel seolah menjadi ‘ikan besar di kolam yang terlalu kecil’. Seperti halnya wacana Glasgow Celtic yang ingin pindah ke Liga Inggris atau FC Porto dan Benfica pengen pindah ke Liga Spanyol, sering berhembus isu bahwa FC Basel juga akan segera berkompetisi bersama Bundesliga Jerman. Ide iseng ini sebenarnya masuk akal, mengingat letak geografis kota Basel yang tepat berbatasan dengan Jerman. Namun sampai sekarang, tampaknya isu itu sekadar guyonan belaka.

Yang menarik dari penggila sepakbola di Swiss adalah, meskipun gontok-gontokan di dalam negeri demi mendukung klub jagoan masing-masing, mereka selalu bersatu-padu mendukung siapapun wakil mereka di kompetisi Eropa. Dengan kandasnya semua wakil Swiss lain di kompetisi Eropa, otomatis FC Basel menjadi ujung tombak harapan masyarakat Swiss. Tidak heran, jika setiap FC Basel bertanding di kompetisi Eropa, teman-teman saya yang asli Swiss pasti akan memenuhi media sosial dengan sentimen ‘Swiss Pride’.

Solidaritas itu bukan hanya ditunjukkan secara personal dari diri individu para penonton bola saja. Dukungan juga menyentuh ranah formal dengan melibatkan langsung corong komunikasi klub masing-masing. Begitu FC Basel dipastikan menjejakkan kaki di semi-final Liga Europa dengan menyingkirkan Tottenham Hotspurs, semua akun Twitter klub-klub Liga Super Swiss mengucapkan selamat kepada kompatriot mereka itu. Contohnya ucapan ‘gratuliere’ akun Twitter saingan utama FCB di Liga Swiss musim ini, Grasshopper Zurich: ‘sensasional! Fantastis! Grasshopper mengucapkan selamat kepada FCB atas kesuksesan luar biasa ini!’

Situasi ini sepertinya sudah jarang kita lihat di liga-liga lain. Malah, kesuksesan atau kegagalan klub rival di Eropa sering dijadikan pemancing iri dengki klub-klub domestik saingan. Contoh paling dekat adalah pasca kekalahan Tottenham Hotspur melawan Basel, media Inggris berupaya memancing komentar dari pelatih rival Spurs, yaitu Arsene Wenger, pelatih Arsenal. Contoh lain adalah ketika para fans AC Milan malah berterima kasih kepada Bayern Muenchen setelah mempermalukan saingan mereka, Juventus, di perempat final Liga Champions. Begitu pula dengan sentimen antar-pendukung Barcelona – Real Madrid yang tidak pernah akur.

Apa yang diperlihatkan Swiss memang perlu kita jadikan pelajaran. Solidaritas mereka tunjukkan bukan hanya dalam kegembiraan seperti sukses FC Basel barusan, melainkan juga dalam situasi sulit yang melanda salah satu klub Swiss lain musim lalu, yaitu FC Sion. Tahun lalu, klub yang sekarang dibela Gennaro Gattuso ini sempat disanksi oleh UEFA akibat dituduh melakukan transfer pemain secara illegal. Dengan sigap, seluruh klub pasang badan membela rekan senegara mereka itu, dan menuntut federasi sepakbola Swiss untuk melakukan banding kepada UEFA. Banding itu gagal, tapi kebersamaan mereka patut dicontoh.